Candi Cetho merupakan salah satu cagar budaya yang ada di sekitar Solo, tepatnya di kabupaten Karanganyar. Bentuk dan lokasi bangunan yang tidak biasa menjadi keunikan tersendiri dari komplek bangunan candi ini.
Komplek candi ini berada dalam urutan ketiga candi tertinggi Indonesia setelah Candi Arjuna dan Candi Kethek. Cagar budaya ini berada di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian mencapai 1.496 mdpl hanya kurang beberapa meter dari Candi Kethek.
Keindahan pemandangan dan udara sejuk dari kawasan candi akan menjadi hal baru bagi Anda dalam belajar sejarah dan budaya. Hingga sekarang tempat ini pun masih sering digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat Hindu sekitar candi.
Sejarah Candi Cetho
Candi Cetho meruapakan candi yang pertama kali ditemukan dan tercatat dalam dokumen penelitian pada tahun 1842. Namun untuk proses penggalian besar-besaran baru dilakukan pada tahun 1928 oleh Belanda.
Berdasarkan hasil penelitian, candi ini adalah bagian dari peninggalan kerajaan majapahit yang dibangung sekitar tahun 1451 masehi atau 1373 saka. Pada saat itu Majapahit diperintah oleh Raja Brawijaya V, raja terakhir kerajaan Majapahit.
Batu yang memiliki lambang Surya Majapahit menjadi salah satu bukti kuat bangunan ini dibangun oleh kerajaan Majapahit. Candi ini diperkirakan berfungsi sebagai lokasi ruwat atau untuk menyucikan diri pada waktu itu karena terdapat tulisan jawa kuno yang menunjukan hal tersebut.
Candi ini terdiri dari punden berundak atau teras bertingkat dengan jumlah sekitar 14 punden. Letaknya pun memanjang dari sisi Barat ke Timur dengan teras tertinggi berada di sisi timur.
Sayangnya dari ke 14 belas teras, baru 9 teras yang selesai dipugar dan diperbaiki. Meskipun begitu kemegahan dan daya magis candi ini tetap terlihat dan terasa.
Bentuk punden berundak ini diduga berkat pengaruh Sinkretisme di Cetho yakni perpaduan antara Hindu dan budaya asli Nusantara. Karena itulah tempat ini menjadi cagar budaya yang penuh dengan nilai sejarah dan juga nilai keagamaan.
Namanya sendiri berasal dari bahasa Jawa Cetho yang berarti jelas, dimana dari lokasi candi pemandangan akan terlihat jelas. Kawasan kota di bawah gunung lawu serta gunung yang ada di sekitar nya akan terlihat Indah dari ketinggian candi ini.
Harga Tiket Masuk Candi Cetho
Tiket masuk Candi Cetho hanya sekitar Rp7.000,00. Jadi, Anda tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam agar bisa menikmati keindahan candi serta pemandangannya.
Retribusi | Tarif |
---|---|
Tiket Masuk | Rp7.000,00 |
Parkir Motor | Rp2.000,00 |
Parkir Mobil | Rp5.000,00 |
Biaya yang tercantum di tabel sewaktu-waktu dapat berubah tergantung kebijakan pihak pengelola. Namun dari biaya ini sudah termasuk biaya peminjaman Kain Poleng yang wajib Anda gunakan saat datang ke tempat ini.
Agar Anda lebih mudah dan nyaman serta hemat mengunjungi tempat wisata ini, kami menyarankan kepada Anda untuk mengambil paket wisata solo yang telah kami sediakan.
Rute Menuju Lokasi Candi Cetho
Lokasi Candi Cetho terletak di lereng Gunung Lawu, Dusun Cetho, Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar. Karena berada di kaki gunung Lawu, cukup sulit untuk menjangkau lokasinya dan perlu usaha ekstra.
Cara paling mudah untuk menuju tempat ini bisa menggunakan kendaraan pribadi. Namun kendaraan ini harus dalam kondisi prima karena jalan dan menda yang cukup sulit.
Tanjakan menuju lokasi yang berbelok dan sempit sangat terkenal jadi satu rintangan menuju tempat ini. Anda harus berkonsentrasi penuh saat berjalan melewati jalur menuju tempat ini.
Jika berkendara menggunakan kendaraan pribadi atau sewa mobil dari berbagai daerah, Anda bisa langsung berangkat menuju terminal Karangpandan, Karanganyar. Ikuti jalan utama hingga bertemu gapura Kawasan Wisata Sukuh Cetho kemuning.
Sampai daerah Kemuning akan terlihat petunjuk jalan menuju lokasi. Lebih mudah lagi, Anda bisa menggunakan Google Maps dan langsung mengarah ke kawasan wisata ini.
Untuk kendaraan umum cara satu-satunya yang bisa Anda pilih hanya menggunakan ojek dari pertigaan Nglorong. Pertigaan Nglorong bisa dituju dengan naik bus kecil jurusan Karangpandan Kemuning dari terminal.
Dari pertigaan Nglorong atau gapura kawasan wisata ini, Anda akan diajak menanjak sekitar 12 km. Namun sepanjang perjalanan Anda akan dimanjakan dengan pemandangan hijau kebun teh kemuning Ngargoyoso yang indah sebelum tiba di lokasi.
Jika masih bingung, langsung saja pilih layanan rental elf Solo terdekat yang siap mengantar. Sehingga perjalanan Anda bisa berjalan lebih mudah dan tidak repot karena ada sopir yang siap mengantar.
Jam Buka Candi Cetho
Jika Anda berencana berkunjung ke Candi Cetho bisa datang antara jam 09.00 WIB sampai 17.00 WIB setiap harinya. Jadi kapanpun harinya Anda bisa bebas datang ke Candi Cetho, cukup menyesuaikan saja jam keberangkatan.
Namun waktu terbaik untuk datang ke candi Cetho sekitar jam 15.00 WIB hingga menjelang sore. Pada waktu tersebut Anda bisa bisa melihat keindahan sunset dari ketinggian Candi dengan pemandangan yang menakjubkan.
Bentuk Bangunan Candi Cetho
Setiap Punden yang ada di Candi Cetho memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda-beda. Struktur inilah yang membuatnya berbeda dengan candi lain yang ada di pulau Jawa.
Bangunan gapura dan dua arca penjaga akan langsung menyambut Anda di punden pertama candi ini. Namun Gapura ini bukan asli buatan majapahit melainkan bangunan tambahan saat pemugaran berlangsung di sini.
Lanjut ke punden kedua, terdapat petilasan dari Ki Ageng Krincing Wesi. Menurut warga, Beliau merupakan leluhur dari masyarakat di Dusun Cetho dan menjadi petilasan yang keramat bagi masyarakat.
Kemudian di punden ketiga akan mulai banyak terlihat bangunan-bangunan yang menjadi ciri candi ini. Seperti misalnya susunan batu berbentuk kura-kura lambang Surya Majapahit dan juga Arca Phallus setinggi 2 meter.
Kura-kura dan Phallus ini menjadi lambang penciptaan yakni penciptaan alam semesta dan manusia. Di punden ini juga terdapat Surya Sengkala atau penggambaran hewan-hewan yang merupakan catatan sejarah pembangunan candi yang berlangsung secara bertahap.
Sedangkan bukti fungsi candi ini sebagai tempat ruwat terlihat di punden keempat. Relief kisah Sudamala yang menjadi dasar peruwatan bisa terlihat di batu-batu yang ada di sini.
Lalu di Punden kelima dan keenam candi, terdapat pendopo yang sering menjadi lokasi upacara keagamaan. Posisi pendopo ini berada di kiri dan kanan jalan masuk Candi menuju punden selanjutnya.
Di punden ketujuh, Anda akan menemukan dua arca yakni Arca Sabdopalon di sebelah utara dan Arca Nayagenggong di selatan. Kedua arca ini merupakan penggambaran sosok penasehat spiritual dan juga abdi dari Prabu Brawijaya V.
Arca phallus yang mendapat sebutan kunto bimo dan Arca mahadewa Prabu Brawijaya V akan Anda temukan juga di punden kedelapan. Dua Arca ini melambangkan bentuk pengharapan dan syukur atas nikmat serta kesuburan hasil bumi yang terpanen.
Punden terakhir yakni punden kesembilan yang berguna sebagai tempat berdoa dan tidak selalu terbuka untuk umum. Punden ini hanya buka saat pelaksanaan acara khusus seperti sembahyang saja.
Wisata di Sekitar Candi Cetho
Jalan panjang menanjak yang harus Anda lalui bukan berarti perjuangan Anda sia-sia dan hanya bisa menikmati Candi Cetho saja. Ada tempat wisata solo lain yang bisa Anda kunjungi di sekitar Candi Cetho, berikut diantaranya.
Gunung Lawu
Berada di kaki gunung Lawu, Candi Cetho juga menjadi salah satu jalur pendakian gunung Lawu yang cukup banyak peminat. Pemandangan yang indah membuat para pendaki lebih sering memilih jalur pendakian ini daripada jalur yang lain.
Anda bisa berhenti langsung di warung tertinggi pulau Jawa dan situs-situs bersejarah yang ada di sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu. Pemandangan gunung-gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun bisa terlihat jelas dari puncak Gunung Lawu.
Candi Sukuh
Tempat lain yang tidak kalah seru untuk dikunjungi adalah Candi Sukuh. Candi ini memiliki keunikan karena banyak sekali relief vulgar yang melambangkan alat kelamin pria dan wanita.
Padahal fungsi Candi Sukuh ini sama seperti Candi Cetho yakni untuk proses ruwatan dan tolak bala. Relief dan arca tersebut melambangkan kesuburan serta dapat menarik bala bagi siapapun yang berkunjung.
Candi Kethek
Tidak jauh dari Candi Cetho sekitar 300 meter ke arah timur, Anda bisa menemukan Candi Kethek. Candi ini hanya berbentuk punden berundak dalam beberapa tingkat tanpa ada arca atau stupa.
Pada Candi ini terdiri dari 4 tingkatan punden atau teras yang pada puncak nya terdapat stana kecil yang terbalut Kain Poleng khas Bali. Bentuk nya yang mirip dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh, menjadikan ketiga candi ini ada pada rentang waktu yang sama.
Itulah tadi sekilas mengenai Candi Cetho, Candi unik yang berada di ketinggian gunung Lawu. Keindahan pemandangan Candi ini bisa jadi alasan kuat mengapa banyak wisatawan yang rela berkunjung kesini.