Upacara Ngaben adalah ritual kremasi atau pembakaran jenazah yang diadakan oleh umat Hindu Bali. Upacara ini juga disebut sebagai Pitra Yadyna, Pelebon, atau upacara kremasi.

Tujuan dari Ngaben adalah untuk mengantarkan roh orang yang telah tiada ke alam baka di mana ia akan menanti untuk bereinkarnasi.

Berbeda dengan upacara kematian biasa, ada beberapa tahapan khusus yang harus dilalui keluarga dalam melaksanakan ngaben.

Salah satunya adalah keluarga jenazah tidak boleh menampakkan kesedihan atau kepedihan saat prosesi suci ini berlangsung. Penasaran seperti apa rentetan acara dalam ritual adat ini? Yuk, pelajari bersama dalam artikel ini!

Sejarah Ngaben

Istilah ngaben berasal dari kata beya yang artinya adalah bekal. Ada pula yang menyebut Ngaben berasal dari kata ngabu yang berarti menjadi debu. Sesuai dengan ajaran umat Hindu di Bali, manusia tersusun dari badan kasar, badan halus, dan karma.

Badan kasar manusia terbentuk dari 5 elemen yang disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat panas), bayu (angin), dan akasa (ruang kosong).

Kelima elemen ini bergabung membentuk fisik manusia dan dikuasai oleh atma (roh). Saat manusia meninggal dunia, yang mati cuma badan kasarnya saja, tapi atmanya tidak.

Bagi masyarakat Bali, Ngaben merupakan acara yang sangat penting, karena dengan pengabenan, keluarga dapat melepaskan jiwa orang yang telah meninggal dari belenggu-belenggu duniawi menuju surga dan menanti reinkarnasi.

Upacara Ngaben memiliki dua tujuan penting yang menjadi landasan dalam tradisi Hindu di Bali. Pertama, untuk membersihkan roh orang yang telah tiada, yang dalam kepercayaan Hindu disebut atma.

Proses ini dianggap penting dalam melepaskan atman dari belenggu-belenggu duniawi dan memfasilitasinya mencapai moksa atau surga.

Kedua, untuk mengembalikan elemen-elemen penyusun badan kasar manusia, yang disebut Panca Maha Bhuta, ke asal mula mereka.

Proses pengembalian elemen-elemen ini dipercaya sebagai bagian penting dalam siklus kehidupan dan kematian dalam ajaran Hindu.

Selain dua makna utama di atas, upacara Ngaben juga merupakan ungkapan rasa tulus dan kasih sayang dari keluarga yang ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal.

Dengan melaksanakan upacara ini dengan penuh tulus, keluarga berharap roh orang yang meninggal akan mendapatkan ketenangan dan reinkarnasi yang baik dalam kehidupan selanjutnya.

Jenis-jenis Upacara Ngaben

Jenis-jenis Upacara Ngaben

Jenis upacara ngaben berbeda-beda tergantung pada usia dan kondisi kematian orang yang meninggal. Perbedaan ini menentukan tata cara pelaksanaannya.

Ada lima macam Upacara Ngaben yang biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali. Berikut adalah uraian singkat tentang tiap-tiap macam upacara Ngaben:

Ngaben Sawa Wedana

Ngaben Sawa Wedana adalah jenis upacara ngaben yang paling sering dan lazim. Pada macam ini, jenazah yang akan dikremasi masih berbentuk tubuh fisik. Sebelum upacara ngaben dilakukan, upaya dilakukan untuk menjaga tubuh jenazah agar tidak membusuk.

Ngaben Asti Wedana

Berlainan dengan Ngaben Sawa Wedana, upacara Asti Wedana dilakukan sesudah jenazah dikubur. Biasanya, saat upacara berlangsung, hanya ada tulang-tulang jenazah setelah penggalian dari kuburan.

Ngaben Swasta

Swasta mengacu pada upacara yang dilakukan tanpa jenazah untuk dikremasi. Hal ini terjadi ketika jenazah lenyap atau tidak ditemukan, seperti dalam kecelakaan udara atau peristiwa kekerasan.

Pada kasus ini, pengganti jenazah bisa dengan gambar atau foto jenazah dan kayu cendana sebagai simbol.

Ngelungah

Ngelungah adalah jenis upacara yang berdasarkan pada usia seseorang. Jenazah anak yang belum ganti gigi atau masih memiliki gigi susu akan dikremasi melalui Ngelungah. Dengan demikian, jenazah anak yang dikremasi menggunapan upacara ngelunyah biasanya berusia 5-6 tahun.

Warak Kruron

Warak Kruron adalah jenis upacara yang mengkremasi bayi. Upacara ini untuk anak-anak yang usianya masih 3-12 bulan. Dalam hal ini, bayi yang meninggal dunia akan disucikan melalui upacara Warak Kruron.

Tahapan Pelaksanaan Upacara Ngaben

Tahapan Pelaksanaan Upacara Ngaben

Ngulapin

Proses pertama dalam upacara ngaben adalah Ngulapin, yang dilakukan di Pura Dalem. Pihak keluarga melakukan ritual permintaan izin dan berkat kepada Dewi Durga. Dewi Durga adalah sosok penjaga roh yang meninggal dan berperan penting dalam upacara ini.

Meseh Lawang

Setelah Ngulapin, dilakukan Meseh Lawang di Catus Pata atau di pinggir kuburan. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperbaiki cacat atau kerusakan pada jenazah secara simbolis. Ini merupakan bagian dari persiapan agar roh jenazah dapat pergi dengan damai ke alam roh.

Mesiram atau Mabersih

Tahap berikutnya adalah Mesiram atau Mabersih, di mana jenazah yang telah dikubur, dan sering kali hanya ada tulang-tulangnya, akan dimandikan. Prosesi ini berlangsung di rumah duka dan menjadi bagian dari upacara pembersihan fisik dan spiritual sebelum penguburan kembali.

Ngaskara

Ngaskara merupakan tahapan upacara penyucian jiwa fase pertama. Dalam prosesi ini melibatkan serangkaian ritual serta doa untuk membersihkan jiwa jenazah dari dosa dan beban negatifnya, sehingga jiwanya bisa menuju ke alam roh dengan kesucian.

Nerpana

Nerpana merupakan tahapan upacara persembahan sesajen atau bebanten kepada jiwa yang sudah meninggal dunia. Adapun bebanten adalah persembahan makanan dan bunga yang dipercaya dapat memberikan dukungan dan keberkahan bagi roh yang berpulang.

Ngeseng Sawa

Acara inti dari dari Ngaben adalah Ngeseng Sawa, yaitu prosesi pembakaran jenazah. Upacara ini berlangsung di setra atau kuburan. Jenazah yang hendak dibakar akan diletakkan di dalam sebuah replika lembu yang disebut Petulangan.

Petulangan berguna untuk tempat pembakaran serta pengantar roh ke alam roh sesuai dengan perbuatan dan karma jenazah pada masa hidupnya.

Nuduk Galih

Setelah jasad hangus terbakar, akan ada upacara Nuduk Galih, di mana pihak keluarga mengumpulkan sisa-sisa tulang dan abu jenazah. Ini akan menjadi momen yang sangat emosional dan berarti bagi keluarga.

Nganyut

Upacara ngaben ditutup dengan menghanyutkan abu jenazah ke laut. Tahapan ini adalah bentuk simbolis pengembalian unsur air dan bersatunya kembali jiwa yang berpulang dengan alam.

Ini menandai telah selesai prosesi ngaben dan menjadi momen perpisahan terakhir keluarga dengan jenazah secara fisik. Serangkaian upacara adat ini mempunyai arti dan simbolis yang dalam bagi masyarakat Hindu di Bali.

Upacara ngaben adalah acara penting dalam menghormati dan memberikan penghormatan terakhir bagi orang yang telah tiada, serta mengantarkan roh menuju alam roh dan moksa.

Itulah penjelasan lengkap tentang upacara adat ngaben, salah satu acara kebudayaan yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Ya, upacara ini memang dapat disaksikan oleh masyarakat umum termasuk turis dan wisatawan yang berkunjung.

Bahkan di beberapa tempat ada yang namanya ngaben masal, di mana akan ada banyak jenazah yang akan dikremasi. Salah satunya ada di Ubud.

Jika Anda ingin melihat upacara ngaben, bisa minta Salsa Wisata untuk memasukkan ke itinerary perjalanan yang Anda pesan melalui paket tour Bali.

By Categories: Pengetahuan

Bagikan Artikel Ini Ke: